TANGGAL 23 SAMPAI DENGAN 25
2014
DISUSUN
OLEH:
NOPPIE
MUDIARTI
40112013
AKADEMI KESEHATAN SWAKARSA PROGRAM D III
KEPERAWATAN JL. H. SA’ABAH RAYA MERUYA
SELATAN KEMBANGAN
JAKARTA BARAT
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kehendak-Nya lah makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah II. Selain untuk memenuhi
tugas tersebut, pembuatan makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan kita dalam hal mempelajari pemberian asuhan keperawatan
pada klien dengan TB Milier.
Dalam penulisan makalah ini penulis mengalami banyak sekali kesulitan, terutama disebabkan kurangnya ilmu
pengetahuan dan minimnya pengalaman. Namun, berkat bimbingan dan
bantuan beberapa pihak makalah ini dapat terselesaikan,
walaupun masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu, sudah
sepantasnya jika penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1.
Bapak H. Idran
A.karyan, SH, Selaku Ketua Yayasan Swakarsa Mandiri Jakarta.
2.
Ibu Ns. Shinta
Maharani, S.Kep, Selaku Direktur Akademi Kesehatan Swakarsa Jakarta.
3.
Bapak Mubarokah,
SKM , Selaku Pembimbing Klinik dan Wali Tingkat II Akademi kesehatan Swakarsa.
4.
Ibu Ns. Dian Anggraini,
S.Kep, selaku Penguji PKK KMB II
Akademi Kesehatan Swakarsa Jakarta.
5.
Orang tua yang selalu
memberikan dukungan baik dari segi moril dan materil.
Penyusun menyadari, sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya belum
seberapa dan masih perlu banyak
diperbaiki, maka itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
positif dan membangun agar makalah ini lebih baik lagi.
Harapan penyusun mudah-mudahan makala ini
bebar-benar bisa menjadi sumber informasi bagi pembaca semua.
Jakarta, 10 Februari 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis paru (TB) merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang penting di dunia khususnya pada negara-negara yang
sedang berkembang. Penyakit yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberculosis ini
telah menginfeksi sepertiga dari penduduk dunia. Pada tahun 2013 Menkes
melaporkan Indonesia menduduki peringkat ketiga didunia setelah India dan
China.
Hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT)
Departemen Kesehatan tahun 1995 menunjukkan bahwa penyakit TB merupakan
penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan saluran
pernafasan pada semua kelompok usia dan penyakit nomor satu pada penyakit
infeksi.
Beberapa keadaan diduga merupakan faktor yang
memegang peranan penting dalam meningkatnya infeksi TBC antara lain memburuknya
kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan
masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal,
daya tahan tubuh yang lemah/ menurun, virulensi serta jumlah kuman yang
meningkat.
Pada tahun 1993, WHO mencanangkan kedaruratan
global penyakit TB, karena sebagian besar penyakit TB tidak terkendali. Ini
disebabkan oleh banyaknya pasien yang tidak berhasil disembuhkan terutama
penderita TB BTA(+). Pada tahun 2006 jumlah pasien TB di Indonesia sudah
mencapai 7,3 persen dari total jumlah pasien didunia. Setiap tahunnya terdapat
528.000 kasus TB dengan tingkat kematian 91.000 orang pertahun.
Hal diatas merupakan salah satu alasan utama bagi
penulis untuk mengangkat asuhan keperawatan dengan Tuberkulosis Paru (TB Paru)
pada Nn. S untuk ditindak lanjuti karena apabila tidak ditanggulangi dengan
segera akan berakibat dampak yang serius bagi klien. Perawat dalam hal ini
penulis, harus segera mengatasi kondisi Nn. S dengan memberikan perawatan
secara berkesinambungan agar tercapainya tujuan akhir dari asuhan keperawatan
khususnya pada Nn. S di ruang Manggis RSUD Cengkareng Jakarta Barat.
B.
Tujuan
Penulisan
1.
Tujuan umum
Mampu
memperoleh pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan tuberculosis paru dengan ketidakefektifan pemenuhan kebutuhan oksigen.
2.
Tujuan khusus
a.
Melakukan pengkajian keperawatan pada klien Nn. S dengan ketidak efektifan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi.
b.
Menentukan masalah keperawatan klien Nn. S dengan
Pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
c.
Merencanakan asuhan keperawatan klien Nn. S dengan Pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
d.
Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan pada klien Nn.
S dengan Pemenuhan kebutuhan dasar
manusia.
e.
Melakukan evaluasi keperawatan klien Nn. S dengan
Pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
f.
Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat pada kasus klien Nn. S dengan teori.
g.
Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat, serta mencari solusi
pemecahan masalah pada klien Nn. S dengan Pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
h.
Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien Nn. S dengan Pemenuhan
kebutuhan dasar manusia..
C. Metode
Penulisan
Metode dalam penulisan makalah ilmiah ini menggunakan deskriptif
dan metode studi kepustakaan. Dalam metode deskriptif pendekatan yang di
gunakan adalah studi kasus dimana mahasiswa mengelola 1 kasus menggunakan
proses keperawatan. Adapun bahan penulisan kasus ini penulis mendapatkan dengan
cara:
1. Studi kepustakaan, yaitu dengan cara mempelajari buku-buku atau
sumber-sumber referensi yang tersedia dan ada hubungan dengan kasus.
2. Dengan cara wawancara, observasi, dan melakukan pemerikasaan fisik
secara langsung pada klien dengan Pemenuhan kebutuhan dasar manusia. dan
melakukan pendekatan dengan cara perawatan pasien secara nyata.
3. Studi kasus, yaitu di mana mahasiswa mengelola 1 kasus yang ada di
lapangan dengan memberikan Asuhan Keperawatan secara komprehensif pada pasien
dengan Pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
D. Sistematika
Penulisan
Penulisan
makalah ini terdiri dari 5 BAB yang tersusun berdasarkan sistematika sebagai
berikut :
Bab I:
Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan,
sistematika penulisan. Bab II: Tinjauan teori meliputi Pemenuhan Oksigen Bab
III: Tinjauan kasus meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Bab IV: Pembahasan meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Bab V: Penutup meliputi
kesimpulan dan saran.
BAB II
|
A.
Konsep
Dasar Penyakit Tuberkulosis Milier
Pada bagian ini
penulis akan membahas tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, pemeriksaan penunjang, pelaksanaan, asuhan keperawatan dan diagnosa, keperawatan :
Tuberculosis Millier yaitu:
1. Pengertian
Tuberkulosis
(TB) adalah penyakit akibat infeksi
kuman Mycobacterium sistem sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh,
dengan lokasi terbanyak diparu yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer
(Arief, 2001:459).
Menurut Crofton
(2002) Tuberculosis Milier disebabkan
penyebaran TB dalam jumlah besar melalui aliran darah karena daya tahan
pasien lemah untuk membunuh kuman-kuman tersebut (disebut “milier) karena
luka-luka kecil pada paru tampak sebagai butiran gandum.
Tuberkulosis
Milier adalah suatu bentuk tuberkulosa paru dengan terbentuknya granuloma.
Granuloma yang merupakan perkembangan penyakit dengan ukuran kurang lebih sama
kelihatan seperti biji “Milet” (sejenis gandum) berdiameter 1-2 mm. (Adwin,
2008).
Tuberkulosis Milier
adalah jenis tuberculosis yang bervariasi dari infeksi kronis, progresif lambat
sehingga penyakit fulminan akut, ini disebabkan oleh penyebaran hematogen atau limfogen
dari bahan kaseosa terinfeksi kedalam
aliran darah dan mengenai banyak organ dengan tuberkel-tuberkel mirip benih
padi. (Diane, 2000
).
2. Etiologi
Diperkirakan
Tuberkulosis Milier yang terjadi pada orang dewasa merupakan komplikasi infeksi primer atau TB
primer dan TB kronis atau TB post primer
( Crofton ,2002 :114 ).
3. Patofisiologi
Infeksi awal
karena seorang menghirup basil Mycobacterium. tuberculosis. Bakteri menyebar
melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk.
Perkembangan Mycobacterium tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area
lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan
aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan
area lain dari paru-paru (lobus atas).
Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan reaksi
inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara
limfosit spesifik tuberculosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan
normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang menyebabkan bronkopneumonia.
Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2 sampai 10 minggu setelah terpapar
bakteri. Interaksi Mycobacterium. tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada
masa awal infeksi membentuk sebuah massa
jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil
hidup dan mati yang dikelilingi olah makrofag seperti dinding. Granuloma
selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari
massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan
bakteri menjadi nekrotik yang selanjutnya
membentuk materi yang penampakannya seperti keju (necrotizing caseosa).
Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian
bakteri menjadi nonaktif. Setelah infeksi awal,
jika respons sistem imun tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih
parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau
bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali
menjadi aktif. Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga
menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronchus. Tuberkel yang ulserasi
selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut. Paru-paru yang
terinfeksi kemudian meradang mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia, membentuk
tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya.
Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak di
dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh
limfosit (membutuhkan 10-120 hari). Daerah yang akan mengalami nekrosis dan menyebar
ke limfa hematogen lama kelamaan akan menyebabkan Tuberculosis Milier
(Mukty, 2000).
|
Batuk-batuk dengan atau tanpa sputum
lebih dari 2 minggu
Malaise (ketidaknyamanan)
Gejala flu
Nyeri dada
Batuk darah
Demam malam hari dan pagi hari
Keringat malam
Hilangnya nafsu makan
Penurunan berat badan
Bersihan jalan nafas, tidak efektif
Pertukaran gas, kerusakan jarigan
Nutrisi, perubahan kurang dari kebutuhan tubuh
Resti Infeksi
Komplikasi
4. Manifestasi
Klinis
Gejala TBC
Milier timbul perlahan-lahan dan sifatnya tidak spesifik. Umumnya Tuberkulosis
Milier terjadi dalam waktu 1 tahun setelah infeksi primer. Adapun gejala TBC
Milier berupa: febris, letargi, keringat malam, nafsu makan berkurang dan berat
badan menurun. Febris yang bersifat turun naik sampai 400C dan berlangsung
lama.
Menurut Somantri
(2008 : 61) secara umum manifestasi klinis pada penderita tuberkulosis paru:
a. Demam : Sub febris-febris (400 – 410C)
hilang timbul
b. Batuk : Terjadi karena adanya iritasi pada
bronkus; batuk ini membuang / mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk
kering sampai batuk purulent ( menghasilkan sputum ).
c. Sesak
nafas : Terjadi bila sudah lanjut
dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru.
d. Malaise : Ditemukan berupa anoreksia, berat
badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat malam hari.
5. Pemeriksaan
Penunjang
a. Laboratorium
darah rutin laju endapan darah (LED)
normal atau meningkat
b. Foto
thorax posterior anterior (PA) menunjukkan adanya gambar badai salju, bercak
granuler milier pada kedua lapangan paru
c. Pemeriksaan
sputum bakteri tahan asam (BTA) untuk
memastikan diagnosis TBC milier.
d. Pemeriksaan
cairan cerebrospinal untuk menunjukkan TBC milier disertai dengan meningitis.
e. Pemeriksaan
biopsi untuk menunjukkan granuloma pada paru
6. Penatalaksanaan
Menurut Somantri
(2008 : 63) jenis dan dosis obat :
a. Isoniazid
( INH)
Bersifat
bakterisid dapat membunuh 90% kuman populasi kuman dalam beberapa hari pertama
pengobatan. Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam metabolik aktif, yaitu
kuman yang sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kh BB, efek
samping kejang, anoreksia, malaise, demam, nyeri epigastrik dan
trombositopenik.
b. Rifamfisin
Bersifat
bakterisid dapat membunuh kuman semidormant (persistent) yang tidak dapat
dibunuh oleh Isoniazid. Dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk pengobatan
harian maupun intermitten 3x seminggu. Efek samping demam, menggigil, anemia
hemolitik, terdapat kerusakan hati yang berat, dan supresi imunitas.
c. Pirazinomid
Bersifat
bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam.
Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kgBB. Sedangkan untuk pengobatan intermitten
3x seminggu diberikan dengan dosis 3,5 mg/kgBB. Efek samping gangguan hari,
gout anoreksia, mual-muntah, malaise dan demam.
d. Streptomicin
Bersifat
bakterisid, dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kgBB. Sedangkan untuk pengobatan
intermitten 3x seminggu digunakan dosisi yang sama. Efek samping vertigo,
sempoyongan dan dapat menurunkan fungsi ginjal
e. Etambutol
Bersifat sebagai
bakterisiostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kgBB. Sedangkan untuk
pengobatan intermitten 3x seminggu digunakan dosis 30 mg/kgBB. Efek samping
penurunan ketajaman penglihatan, gout, gatal, nyeri sendi, sakit kepala dan
nyeri perut.
f. Obat
harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid dengan
atau tanpa obat ketiga. Pengawasan ketat dalam tahap intensif sangat penting
untuk mencegah terjadinya ketebalan obat, memberikan makanan yang bergizi yaitu
makanan tinggi kalori tinggi protein (TKTP ) agar nutrisi klien
terpenuhi.
B. Asuhan
Keperawatan
Dalam memberikan
asuhan keperawatan Tuberculosis Milier perawat menggunakan pendekatan proses
keperawatan. Adapun langkah-langkah proses keperawatan tersebut meliputi:
pengkajian keperawatan, pendiagnosaan keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Dikarenakan tidak adanya konsep asuhan
keperawatan khusus untuk Tuberkulosis milier , maka penulis mengambil asuhan keperawatan pada gangguan sistem
pernapasan : Tuberkulosis paru secara umum.
1. Pengkajian
Menurut
Doengoes, ( 2000: 240) pengkajian keperawatan pada pasien Tuberculosis Paru
adalah sebagai berikut:
a. Aktivitas
/ istirahat
Gejala :
- Kelelahan umum dan kelemahan
- Dispnea
karena aktivitas
- Ketidaknyamanan mempertahankan kebiasaan rutin
b. Intgritas
Ego
Gejala :
Adanya / faktor stress lama
Tanda :
Ansietas, ketakutan
c. Makanan
/ Cairan
Gejala :
Kehilangan nafsu makan
Tanda :
Turgor kulit buruk, kering / kulit bersisik
d. Nyeri
/ Kenyamanan
Gejala :
Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
e. Pernafasan
Gejala :
1). Batuk produktif atau tidak
produktif
2). Nafas pendek
3). Riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu
terinfeksi
f. Kemanan
Gejala :
Abdomen kondisi penekanan imun, contoh: AIDS, Kanker
Tanda :
Demam rendah atau sakit panas akut
2. Diagnosa
Keperawatan & Intervensi Keperawatan.
Menurut Doengoes ( 2000 : 241 ), diagnosa keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem pernapasan : Tuberkulosis Paru adalah sebagai berikut:
a. Tidak
efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret kental dan
keterbatasan gerakan dada / nyeri
Tujuan: Fungsi
jalan napas kembali efektif
Intervensi :
1) Auskultasi
dada untuk karakter bunyi napas dan adanya sekret
2) Observasi
jumlah dan karakter sputum / aspirasi sekret, selidiki perubahan sesuai
indikasi
3) Instruksi
untuk napas dalam efektif dan batuk dengan posisi duduk tinggi
4) Penghisapan
bila batuk lemah dan ronchi tidak bersih dengan upaya batuk
5) Dorong
masuk cairan per oral + 250 cc / hari
6) Kaji
nyeri / ketidaknyamanan dan obati dengan dosisi rutin dan lakukan latihan
pernapasan.
b. Kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan suplai oksigen dan penurunan kapasitas pembawa
oksigen darah.
Intervensi :
1) Catat
frekuensi, kedalaman dan kemudahan pernapasan , obsrervasi penggunaan otot
bantu , nafas bibir ,perubahan kulit / membran mukosa misalnya : pucat ,
sianosis .
2) Auskultasi paru untuk gerakan udara dan bunyi nafas tak
normal
3) Selidiki
kegelisahan dan perubahan mental / tingkat kesdaran
4) Pertahankan kepatenan jalan napas pasien dengan
memberikan posisi, penghisapan dan penggunaan alat.
c. Nyeri
berhubungan dengan adanya massa di dada dan insisi bedah.
Tujuan: Nyeri
berkurang / hilang
Intervensi :
1) Tanyakan
pasien tentang nyeri dan tentukan karakteristik dan buat rentang intensitas
pada skala 0-10
2) Kaji
pernyataan verbal dan nonverbal nyeri pasien
3) Catat
kemungkinan penyebab nyeri, patofisiologi dan psikologi
4) Jadwal
periode istirahat, berikan lingkungan yang nyaman
5) Ajarkan
tehnik relaksasi dan distraksi
6) Berikan
kenyamanan. Misalnya: sering ubah posisi
7) Kriteria
hasil keefektifan hasil pemberian obat, dorong pemakaian obat dengan benar
untuk mengontrol nyeri: ganti obat atau waktu sesuai ketetapan
d. Ansietas
/ ketakutan berhubungan dengan krisis situasi dan ancaman /perubahan status
kesehatan .
Tujuan: Cemas
tidak terjadi.
Intervensi :
1) Dorong
klien untuk menggunakan pikiran dan perasaan
2) Berikan
lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau
menolak untuk bicara
3) Pertahankan
kontak sering dengan pasien bicara dengan menyentuh pasien dengan tepat
4) Berikan
informasi akurat, konsistensi mengenai prognosis, hindari memperdebatkan
tentang persepsi pasien terhadap situasi
5) Jelaskan
prosedur, berikan kesempatan untuk bertanya dan jawaban jujur
6) Tingkatkan
rasa nyaman dan lingkungan tenang
e. Kurang
pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis berhubungan dengan kurang
terpajan /tidak mengenal informasi
Tujuan: Pengetahuan
keluarga dan klien meningkat
Intervensi :
1) Kaji
kemampuan klien dan keluarga
2) Tekankan
pentingnya mempertahankan protein tinggi dan karbohidrat
3) Berikan
instruksi dan informasi tertulis khusus pada pasien
4) Diskusikan
perlunya perencanaan untuk mengevaluasi perawatan saat pulang
5) Libatkan
keluarga dalam pemberian informasi.
BAB III
|
Pada bab ini penulis membahas tentang
asuhan keperawatan yang dilakukan tanggal 23 - 25 Januari 2014 pada klien Nn. S
usia 23 tahun dengan TB MIlier. di ruang Manggis kelas III RSUD Cengkareng
Jakarta Barat.
A.
PENGKAJIAN
1.
Data Biografi
a.
Identitas Klien
Klien
bernama Nn. S berusia 23 tahun
jenis kelamin perempuan, belum menikah beragama islam. Dengan suku bangsa betawi, Nn.
S tinggal bersama kedua orang tua dan
3 orang adik di JL. Lingkungan III RT.02 RW.09 Kalideres DKI Jakarta.
2.
Resume
Klien bernama Ny. N, usia 23 tahun, jenis kelamin perempuan
datang ke UGD pada tanggal 19 januari 2014 tepatnya pukul 14.00 didampingi oleh
suami dengan keluhan ± 3 hari yang lalu sesak nafas dan bertambah berat pada 1
hari yang lalu, batuk berdahak, tidak ada muntah, BAB normal, suhu 36,5°C, RR: 24 x/mnt, N:
80 x/mnt, BB: 52 kg. Dari hasil laboratorium didapatkan tanggal 28 Juni 2013
hemoglobin: 13,8 g/dl, Ht: 40 %, eritrosit: 3,57 jt/ul, trombosit 479.000 mm³,
leukosit: 12400 mm³, PH: 7,339, PCO2: 41 mmHg, PO2: 92,5, SO2: 95,6 , HCO3:
22,2 mmol/L, N+: 131 mEq, K+: 4,4 mEq/L. Sebelumnya Ny. P sudah membawanya
kepuskesmas tetapi tidak ada perubahan, lalu Ny. P membawanya ke RSUD Tarakan
Jakarta tepatnya di UGD dan mendapatkan terapi IVFD RL 5-6 tetes/mnt, O2 liter,
sodim 2x175 mg, sanmol drip 3x1 cc, dexametason ½ amp 1cc-3cc, nebulizer dengan
combivent 0,8+NACL 3cc, klien terpasang sonde, diit F75 6x50 cc, P.batuk(Bisolvon1/6 tab, bricasna 0,35
mg),
Kemudian Nn. S dikirim
ke ruang Melati kelas III untuk dirawat inap. RSUD Tarakan Jakarta Pusat pada
tanggal 06 Juli 2010, pukul 14.50 WIB. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik pada
tanggal 06-07-2010 didapatkan hasil TTV: N= 160x/menit RR= 40 x/menit S= 37°C,
sesak nafas, panas naik turun, batuk berdahak,
klien menggunakan napas cuping hidung, adanya tarikan
dinding dada, badan lemah, berat badan klien 6 kg, lingkar kepala 42 cm, lingkar
lengan 14 cm, TB 63 cm, bibir kering, orang tua mengatakan Nn. S pernah
mengalami flex, orang tua mengatakan tidak mengerti apa penyakit anaknya, dan
tidak tahu cara mencegah agar penyakit anaknya tidak kambuh.
Tumbuh kembang Nn. S saat ini, motorik kasar : Nn. S belum
bisa duduk sendiri pada umur 10 bulan
dan hanya baru bisa tengkurap, motorik halus : Nn. S baru bisa menggenggam
benda-benda seperti bola plastik. Dampak hospitalisasi pada Nn. S yaitu Nn. S menjadi
lebih rewel dari biasanya, setiap di dekati perawat Nn. S selalu menangis lalu
minta digendong ibunya. Dari data diatas masalah yang muncul pada Nn. S adalah
pola nafas tidak efektif, bersihan jalan nafas tidak efektif dan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan.
3.
Riwayat Kesehatan
Masa Lalu
a.
Riwayat Kesehatan
Masa Lalu
Nn. S mempunyai
penyakit Tb-paru sudah 6 bulan OAT.
b.
Riwayat Riwayat
Alergi
Nn.
S tidak mempunyai riwayat alergi, baik karena obat-obatan, makanan, minuman, binatang, dan Lingkungan.
c.
Riwayat Pemakaian
Obat
d.
Riwayat
Kesehatan Keluarga Susunan
keluarga (Genogram 3 generasi) :
Keterangan:
: Laki-laki : Tinggal serumah
:
Perempuan : Meninggal
: Hubungan perkawinan :
Klien
e.
Riwayat Penyakit
Keluarga
Keluarga Nn. S
tidak ada yang mempunyai penyakit Tb-paru.
f.
Koping Keluarga
Bila ada
masalah didalam keluarga selalu diselesaikan dengan musyawarah dan jika anak
sedang sakit langsung dibawa kepuskesmas untuk berobat.
4.
Riwayat Kesehatan
Lingkungan
a.
Resiko Bahaya
Kecelakaan
1)
Rumah
Kondisi rumah
jauh dari jalan raya dan keramaian sehingga dapat meminimalkan bahaya
kecelakaan.
2)
Lingkungan Rumah
Lingkungan rumah saling berdempetan
satu sama lain, rumah tidak memiliki ventilasi sehingga udara tidak bisa keluar
masuk secara maksimal.
5.
Riwayat Kesehatan
Sekarang
a.
Riwayat Penyakit
Sekarang
Pada tanggal 28
Juni 2013 Nn. S didampingi oleh suami datang ke RSUD Cengkareng Jakarta,
tepatnya di UGD pukul 14.00 WIB dengan keluhan utama klien mengeluh nyeri pada dada kanan atas
sejak 3 hari yang lalu, sesak napas, batuk-batuk berdahak, dan suara nafas ronkhi. Upaya untuk menguranginya dibawa ke
Puskesmas terdekat dan minum obat yang diberikan puskesmas. Karena tidak ada
perubahan Ny. P lalu membawanya ke RSUD Cengkareng Jakarta dan akhirnya di
rawat di ruang Manggis Lt 3 dengan diagnosa medis Pemenuhan kebutuhan dasar
manusia.
b.
Pengkajian Fisik
Secara Fungsional
1)
Data Obyektif
a)
Data Klinik
Suhu 36,5°C,
nadi 80x/menit, pernapasan 24x/ menit, kesadaran Composmetis.
b)
Nutrisi dan
Metabolisme
Mukosa mulut
bersih, warna merah muda, bibir tampak
kering, tidak ada lesi, tidak ada kelaianan palatum maupun bibir, gusi berwarna
merah, lidah bersih, berat badan 56 kg, panjang badan 154 cm. Klien tidak
obesitas, turgor kulit elastis, integritas utuh, tektur kulit normal, klien
tidak terpasang NGT.
c)
Respirasi/
sirkulasi
Suara
pernapasan ronkhi, klien batuk berdahak tetapi sputum tdak dapat dikeluarkan, klien menggunakan
otot bantu pernapasan, terdapat retraksi dinding dada, klien juga menggunakan
pernapasan cuping hidung. Tidak ada edema dan palpitasi. Pengisian kapiler <
dari 2 detik.
d) Eliminasi
Abdomen tegang
atau kaku, tidak kembung, bising usus 8 kali per menit. Sejak 2 hari yang lalu
klien belum BAB. BAK berwarna kuning jernih, tidak pekat, bau kas, tidak
terpasang kateter, frekuensi 3-4 kali dalam sehari. Rektum atau anus normal,
tidak iritasi dan tidak mengalami prolaps.
e)
Sensori Persepsi
Suami klien
mengatakan Nn. S tidak mengalami gangguan baik sistem pendengaran, penciuman,
perabaan dan pengecapan. Nn. S tanggap terhadap rangsangan dari luar dan
orientasi baik terhadap objek yang ada dihadapannya.
f)
Tidur/ Istirahat
Tidak ada
tanda-tanda kurang tidur.
c.
Pemeriksaan
Penunjang
Hasil
laboratorium tanggal 28 Juni 2013
Hemoglobin : 13,8 g/dl (13-18)
Hemotokrit : 40 % (40-50)
Eritrosit : 3,57 juta/ul (3,87-5,39)
Trombosit : 479.000 mm³ (150.000-450.000)
Leukosit : 16000 mm³ (4000-10000)
ELEKTROLIT
Na+ : 140 mEq/L (35-150)
K+ : 3,2 mEq/L (3,6-5,5)
Cl : 106 mEq/L (98-100)
Pemeriksaan
rontgen
tanggal
28-06-2013 : tampak infiltrat
tersebar dikedua paru sampai ke apeks, kesan: proses spesifik paru aktif.
d.
Penatalaksanaan
IVFD KAEN 1B
5-6 tetes/ menit makro, sanmol 3x1cc, sodim 2x175 mg, p.batuk 4x1 bks (bisolvon
1/6 tab, bricasma 0,35mg), dexametason 2x½ mg, terapi nebulizer ⅓ amp combivent dan Nacl 3cc 3x/hari, oksigen 2 liter.
6.
Data Fokus
a.
Data Subyektif
Nn. S ± 3 hari
yang lalu sesak nafas, sekitar sehari yang lalu sesak bertambah berat ditambah
nyeri pada bagian dada atas kanan. Nn. S batuk mengeluarkan sekret. Nn. S mual,
muntah dan tidak nafsu makan, BB SMRS 56 kg, Nn. S saat dirumah makanan yang
dimakan tidak pernah habis.
b.
Data Obyektif
Keadaan umum
sakit sedang, kesadaran composmetis, klien tampak sesak untuk bernapas, suara
pernapasan ronkhi, batuk berdahak, bibir tampak kering, kulit tampak pucat, refil kapiler < dari 2 detik, BB sekarang 52 kg.
Tanda-tanda vital nadi 120/80 x/ menit, pernapasan 24x/ menit, suhu 36,5°C. Nilai
laboratoium, hemoglobin 13,8 gr/dl, hematokrit 400 %, leukosit 16.000/mm³,
eritrosit 3,57 juta/ul. Klien mendapatkan terapi oksigen 2 liter, pemeriksaan
rontgen tanggal 28-06-2013, tampak infiltrat tersebar di kedua paru ke apeks,
kesan: proses sepesifik paru aktif. Intake minum 1200 cc + infus 1250 cc = 2450
cc/24jm,output BAK 1100cc + 700cc = 1800, balance cairan 2450-1800 = 650cc.
7.
Analisa Data
Nama Klien / Usia : Nn. S / 36 Tahun
Nomor Register : 46-36-19
Diagnosa Medis : TB- paru
No
|
Data
|
Masalah
|
1.
|
DS :
· Klien mengatakan sesak napas kurang lebih sudah 3 hari
yang lalu.
· Klien mengatakan batuk mengeluarkan sekret.
DO :
·
Klien tampak
suara napas ronkhi.
·
Klien tampak
sesak napas.
·
Kesadaran composmentis.
·
TTV :
TD : 120/80 mmHg
RR : 24 x/menit
N : 80 x/menit
·
Pemeriksaan rontgen
tanggal 06-07-2010 :
tampak infiltrat tersebar dikedua
paru sampai ke apeks, kesan: proses spesifik paru aktif.
·
Hasil laboratorium:
Hemoglobin : 13,8 g/dl (13-18)
Hemotokrit : 40 % (40-50)
Eritrosit :
3,57 juta/ul (3,87-5,39)
Trombosit :
479.000 mm³ (150.000-450.000)
Leukosit : 16000 mm³ (4000-10000)
Na+ :
140 mEq/L (35-150)
K+ :
3,2 mEq/L (3,6-5,5)
Cl :
106 mEq/L (98-100)
|
Bersikan jalan napas tidak efektif
|
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidak efektifan pemenuhan kebutuhan dasar
oksigenasi dengan peningkatan sekret yang kental.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
3.
Nyeri berhubungan
dengan proses inflamasi
C. PERENCANAAN,
PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN
1. Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
Data Subyektif :
Nn. S ± 3 hari yang lalu sesak nafas, sekitar sehari yang
lalu sesak bertambah berat ditambah nyeri pada bagian dada atas kanan. Nn. S batuk
mengeluarkan sekret.
Data Obyektif :
Keadaan umum sakit sedang, kesadaran composmetis, klien
tampak sesak untuk bernapas, suara pernapasan ronkhi, batuk berdahak, bibir
tampak kering, kulit tampak pucat, refil kapiler < dari 2 detik, BB sekarang 52 kg.
Tanda-tanda vital nadi 120/80 x/ menit, pernapasan 24x/ menit, suhu 36,5°C.
Nilai laboratoium, hemoglobin 13,8 gr/dl, hematokrit 400 %, leukosit
16.000/mm³, eritrosit 3,57 juta/ul. Klien mendapatkan terapi oksigen 2 liter,
pemeriksaan rontgen tanggal 28-06-2013, tampak infiltrat tersebar di kedua paru
ke apeks, kesan: proses sepesifik paru aktif.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan pertukaran gas dapat teratasi.
Kriteria
hasil:
Respirasi mudah dan jalan napas lancar, tidak
ada sesak, suara nafas vesikuler dikedua lapang paru, tidak ada ronkhi, tidak ada batuk, pernapasan
normal 20-30x/ menit, bernafas menggunakan otot perut dan diafragma.
Intervensi:
a. Observasi tanda-tanda vital terutama pernapasan
b.
Kaji dypsnea,
ketidak normalan bunyi nafas dan ketidak simetrisan ekspansi dada.
c.
Latihan untuk nafas
dalam dan batuk efektif serta lakukan fisioterapi dada.
d. Berikan posisi yang nyaman (peninggian kepala sedikitnya
30° derajat).
e. Kolaborasi dalam pemberian O2, berikan nebulizer, monitor
hasil AGD
Implementasi:
Tanggal 29 Juni 2013
Pukul
14.20 WIB memberikan
nebulizer combivent 0,8 ml + NACL 3cc. Pukul 14.20 WIB mengkaji keadaan umum klien,
kesadaran composmentis. Pukul 15.10
mengajarkan klien untuk latihan dapas dalam dan batuk efektif. Pukul
17.00 WIB memberikan
nebulizer combivent 0,8 ml + NACL 3cc. Pukul 17.20 WIB mengobservasi tanda-tanda
vital, nadi: 120/80
mmHg, RR: 24x/ menit, suhu: 36,50C Nadi : 80 x/menit.
Pukul 18.10 WIB memberikan obat batuk,
obat masuk melaui sonde dan pemberian obat
melalui bolus. Pukul 18.30 WIB mengkaji status pernapasan klien
nafas tampak sesak dan mengauskultasi
daerah lapang paru didapatkan daerah paru kiri penuh dengan sekret, suara nafas
ronkhi. Pukul 18.40
WIB memberikan posisi semi fowler dan melakukan tindakan nebulizer dengan
combivent 0,8 ml + NACL 3cc Pukul
18.50 WIB mengauskultasi paru
dan klien tampak batuk berdahak. Pukul 20.00
WIB melakukan tindakan nebulizer dengan combivent 0,8 ml + NACL 3cc, klien
tampak batuk tetapi dahak tidak keluar, ronkhi +/+ dengan suara terdengar
jelas.
Tanggal
30 Juni 2013
Pukul
14.20 WIB memberikan nebulizer
combivent 0,8 ml + NACL 3cc. Pukul 14.20
WIB mengkaji keadaan umum klien, kesadaran composmentis. Pukul 15.10
mengajarkan klien untuk latihan dapas dalam dan batuk efektif.
Pukul 17.00 WIB memberikan
nebulizer combivent 0,8 ml + NACL 3cc. Pukul 17.20 WIB mengobservasi tanda-tanda
vital, TD:
110/60 mmHg , RR: 24x/ menit, suhu: 36,50C Nadi : 82 x/menit.
Pukul 18.10 WIB memberikan obat batuk,
obat masuk melaui sonde dan pemberian obat
melalui bolus. Pukul 18.30 WIB mengkaji status pernapasan klien
nafas tampak sesak dan mengauskultasi
daerah lapang paru didapatkan daerah paru kiri penuh dengan sekret, suara nafas
ronkhi. Pukul 18.50
WIB mengauskultasi paru dan klien tampak batuk berdahak. Pukul 20.00 WIB melakukan tindakan
nebulizer dengan combivent 0,8 ml + NACL 3cc, klien tampak batuk tetapi dahak
tidak keluar, ronkhi +/+ dengan suara terdengar jelas. Memberikan obat batuk, obat
batuk masuk melalui sonde.
Tanggal 03 Juli 2013
Pukul
14.20 WIB memberikan
nebulizer combivent 0,8 ml + NACL 3cc. Pukul 14.20 WIB mengkaji keadaan umum klien,
kesadaran composmentis. Pukul 15.10 mengajarkan klien untuk latihan dapas dalam
dan batuk efektif. Pukul 17.00 WIB memberikan
nebulizer combivent 0,8 ml + NACL 3cc. Pukul 17.20 WIB mengobservasi tanda-tanda
vital, TD:
110/60 mmHg , RR: 24x/ menit, suhu: 36,50C Nadi : 82 x/menit.
Pukul 18.10 WIB memberikan obat batuk,
obat masuk melaui sonde dan pemberian obat
melalui bolus. Pukul 18.30 WIB mengkaji status pernapasan klien
nafas tampak sesak dan mengauskultasi
daerah lapang paru didapatkan daerah paru kiri penuh dengan sekret, suara nafas
ronkhi. Pukul 18.50
WIB mengauskultasi paru dan klien tampak batuk berdahak. Pukul 20.00 WIB melakukan tindakan
nebulizer dengan combivent 0,8 ml + NACL 3cc, klien tampak batuk tetapi dahak
tidak keluar, ronkhi +/+ dengan suara terdengar jelas. Memberikan obat batuk,
obat batuk masuk melalui sonde.
Evaluasi:
Tanggal 03 Juni 2013 pukul 20.20 WIB
S : Keluarga mengatakan Nn. S masih batuk berdahak, tetapi dahak tidak keluar, dan sesaknya sudah
mulai berkurang.
O : Klien
tampak masih batuk berdahak, suara napas masih ronki, masih terdengar
penumpukan sekret dilapang paru, frekuensi pernapasan 38x/ menit.
A : Tujuan belum tercapai
P :
Intervensi dilanjutkan
-
Berikan terapi
nebulizer
-
Lakukan latihan
napas dalam.
|
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan pembahasan mengenai asuhan
keperawatan dengan Tuberkulosis Paru (bersihkan
jalan napas tidak efektifan jalan napas berhubungan dengan sekret yang kental) pada klien Nn. S di Ruang Manggis Kelas III RSUD Cengkareng
Jakarta Barat.
Sesuai dengan tahapan proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi, pada bab ini penulis akan
membahas kesenjangan antara teori dan kasus yang ada di lahan praktik pada
tanggal 29 juni sampai 3 juli 2013.
A. Pengkajian
Penyebab dari infeksi
tuberkulosis ini yaitu Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis dan
Mycobacterium africanum, sebagian besar Mikobakterium tuberkulosis masuk melalui
udara, sehingga fokus primer sebagian besar tuberkulosis terdapat didalam paru.
Dalam melaksanakan pengkajian pada
tanggal 29 juni sampai 3 juli 2013 penulis
banyak mendapatkan hambatan, diantaranya data-data dokumen keperawatan pada Nn.
S belum lengkap, tetapi semua ini dapat teratasi dengan adanya faktor penunjang
yang mempermudah dalam memperoleh data-data klien diantaranya adalah
tersedianya format pengkajian yang telah disediakan oleh institusi pendidikan,
catatan medis serta adanya kerjasama dengan pihak keluarga klien dan tim
kesehatan yang ada di ruangan.
|
Pada saat pengkajian, diagnosa
medis awal pada Nn. S adalah memang sudah ada riwaya penyakit TB paru karena
tanda dan gejala yang ada pada Nn. S diantarnaya sesak pernapasan, adanya
ronkhi dan batuk produktif. Sedangkan, pada hari terakhir pengkajian dilihat
dari hasil rontgen klien yaitu terdapat proses spesifik paru aktif (TB Paru)
yang lebih akurat, oleh karena itu penulis mengangkat diagnosa Nn. S dengan
tuberkulosis paru sesuai pemeriksaan yang lebih akurat dengan bersikan jalan
napas tidak efektifan jalan napas berhubungan dengan sekret yang kental.
B. Diagnosa
Keperawatan
Berdasarkan dari hasil pengkajian yang
dilakukan pada klien Nn. S didapatkan 5 diagnosa keperawatan. Enam diagnosa
yang terdapat dalam teori, hanya 1
diagnosa yang diambil penulis untuk
pengkajian sesuai dengan kasus yang ditemukan di
lahan praktik, diantaranya:
1.
Ketidak
efektifan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi
dengan peningkatan sekret yang kental.
2.
Gangguan kebutuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
3.
Nyeri berhubungan
dengan proses inflamasi
Sedangkan
diagnosa yang ada pada teori namun tidak ditemukan dilahan praktik
yaitu:
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan proses
infeksi
2. Pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi
C.
Intevensi
Pada tahap
intevensi, penulis sudah membuat perencanaan yang mengacu pada teori, tinjauan
teoritis, dan disesuaikan dnegan kebutuhan klien yang diketahui saat penulis
melakukan pengkajian terhadap Ny. N, untuk itu penulis tidak menemukan
kesenjangan.
Faktor pendukung
dalam penyusunan perencanaan ini adalah adanya beberapa referensi buku keperawatan,
tersedianya status kesehatan klien di ruangan, adanya kerjasama dengan keluarga
klien yang kooperatif, juga bantuan dan bimbingan dari perawat ruang Manggis
RSUD Cengkareng
Jakarta Barat.
Sedangkan faktor penghambatnya hampir tidak ada.
D.
Implementasi
Implementasi yang
dilakukan sesuai dengan intervensi yang dibuat. Hal yang mendukung dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan diantaranya adalah adanya dukungan dari
perawat ruangan, tim medis lainnya, dan adanya kerjasama yang baik dengan
keluarga klien. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ada beberapa rencana
tindakan yang tidak dapat dilaksanakan, karena setiap tindakan yang akan
dilaksanakan disesuaikan dengan keadaan, kebutuhan, serta kondisi klien saat
itu.
Setiap intervensi
yang sudah diimplementasikan di catat dan didokumentasikan pada catatan
keperawatan harian pada status kesehatan klien.
E.
Evaluasi
Dalam hal ini
penulis melakukan evaluasi pada dua tahap yaitu evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif, evaluasi formatif yaitu: evaluasi yang dilakukan setiap selesai
melakukan implementasi keperawatan. Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi
yang dilakukan sesuai waktu yang ditetapkan pada tujuan.
Selanjutnya penulis akan membahas evaluasi untuk setiap masalah keperawatan
yang ada pada klien. (Bersihan jalan nafas
tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekret yang kental, perubahan pola eliminasi : konstipasi berhubungan dengan
kekurangan cairan sekunder terhadap peningkatan usaha nafas, cemas pada klien berhubungan dengan dampak hospitalisasi,
risti infeksi dengan kurang pengetahuan
tentang penyakit Tuberculosis paru.
Dalam melakukan
evaluasi penulis tidak menemukan hambatan karena tersedianya format evaluasi
atau catatan perkembangan di ruangan dan adanya keterbukaan dari keluarga dalam
menjawab pertanyaan penulis untuk melaksanakan asuhan keperawatan.
BAB
V
|
A.
Kesimpulan
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses
tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh
secara fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian.
Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan
sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari
kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu
organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan.
Setelah menguraikan
dan membahasa asuhan keperawatan pada Nn. S dengan Tuberkulosis Paru, maka
penulis menyimpulkan bahwa penyakit ini adalah penyakit infeksi
menular pada sistem pernafasan yang disebabkan oleh mikobakterium
tuberkulosa yang dapat mengenai bagian
paru.
Dalam melakukan
asuhan keperawatan antara teori dan kasus yang ada dilahan praktik tidak jauh
berbeda. Pada tahap pengkajian perawat harus mengumpulkan informasi yang
meliputi bio, psiko, sosial kultural dan spiritual, termasuk kondisi umum
klien, riwayat kesehatan yang lalu, riwayat kesehatan saat ini, riwayat tumbuh
kembang dan juga pengkajian secara fungsional.
Diagnosa
keperawatan yang ada pada kasus ini meliputi: (Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekret mucus, Perubahan pola eliminasi : konstipasi berhubungan dengan
kekurangan cairan sekunder terhadap peningkatan usaha nafas,
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
Cemas pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi,
Risti infeksi dengan kurang pengetahuan
tentang penyakit Tuberculosis paru)
Pada tahap intervensi, semua rencana tindakan disusun
secara teoritis dan dibuat berdasarkan prioritas masalah karena disesuiakan
dengan kondisi pasien saat itu. Sedangkan dalam tahap implementasi semua
rencana tindakan keperawatan yang telah disusun tidak semua dilaksanakan karena
disesuaikan dengan masalah pasien yang belum tercapai sehingga hasil dan mutu
pelayanan asuhan keperawatan dapat optimal.
Pada akhir pemberian asuhan keperawatan, penulis
melakukan suatu evaluasi untuk melihat perkembangan yang telah dicapai oleh
klien sebagai indikator keberhasilan dari asuhan keperawatan yang telah
diberikan. Adapun dalam evaluasi tersebut penulis menilai masalah atau diagnosa
keperawatan pada Nn. S yang belum
teratasi.
Sedangkan yang belum teratasi adalah ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi lendir pada paru dan
ketidakefektifan batuk.)
B.
Saran
Untuk mencapai
keberhasilan yang baik di dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan Tuberkulosis
paru, maka penulis menyampaikan saran atau masukan sebagai berikut:
- Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien harus secara utuh dan menyeluruh, maka perawat harus menguasai teknik komunikasi yang baik untuk mendapatkan data yang menunjang, selain dari kepandaian, pengetahuan yang luas dan keterampilan sangat membantu dalam memberikan asuhan keperawatan.
- Untuk mencapai proses penyembuhan yang optimal, maka dalam memberikan asuhan keperawatan, keluarga perlu dilibatkan terutama yang berkaitan dengan gangguan sistem pernafasan.
- Diharapkan keluarga lebih meningkatkan kebersihan rumah, gaya hidup, serta belajar mendeteksi tanda dan gejala pada klien dengan Tuberkulosis paru sedini mungkin.
- Untuk ruangan, diharapkan lebih memperhatikan tekhnik septik dan aseptik terhadap sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh klien sehingga dapat menunjang terlaksananya asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada klien.
- Untuk institusi pendidikan agar lebih memperbanyak lagi daftar pustaka, khususnya buku tentang penyakit Tuberkulosis paru
Demikian kesimpulan
dan saran yang dapat penulis berikan, dan penulis berharap kiranya makalah ini
dapat bermanfaat dan menambah wawasan serta ilmu pengetahuan bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol. 1. Jakarta: EGC
Tarwoto & Wartonah. (2003). KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Yeni Kustanti, Christina. (2006). Pemeriksaan Fisik
Thoraks. Yogyakarta: AKPER Bethesda
Somantri, Iman. (2008). KMB: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar